Sunday, 12 January 2014
Perlunya Senergi IQ EQ dan SQ dalam menata Pendidikan Indonesia
Pendidikan adalah usaha-usaha
yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan
peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat
mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia,
serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan
masyarakat (Prof. H. Mahmud Yunus).
Yah, begitu lah pendidikan. Kita ketahui bersama tak tanggung-tanggung
orang tua mengeluarkan uang untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik untuk
anak-anaknya. Menaruh harapan besar demi anak untuk mendapatkan masa depan yang
lebih baik. Tetapi apakah pendidikan di Indonesia sudah berjalan dengan baik ?
Apakah sesuai dengan harapan kita ? Apakah hanyak untuk mencari nilai yang
membuat belenggu tekanan bagi siswa-siswa ? Masih banyak pertanyaan yang belum
terjawab.
Kalau mau ditelik saat ini, pendidikan Indonesia yang saya lihat masih
cenderung terdapat penilaian terhadap kuantitas yang terlihat dari raport
semata. Penghargaan yang diberikan hanya kepada siswa yang dianggap memiliki
nilai yang paling besar selama kegiatan belajar satu semesternya. Apalagi
permasalahan yang satu ini, UJIAN NASIONAL ! Kadar kelulusan seorang siswa
hanya diukur dengan NILAI yang notabenenya tidak menentukan siswa tersebut
cerdas atau tidak. Sangat disayangkan sekali jika progaram ini terus berlanjut.
Di
Indonesia, otak masih menjadi raksasa tidur yang belum dikelola. Yang
betul-betul spektakuler adalah fakta bahwa otak menyediakan komponen anatomsnya
untuk aspek rasional (IQ), emosional (EQ), dan Spiritual. Ini artinya, secara
kodrati, manusia telah disiapkan sedemikian rupa untuk merespon segala macam
hal dengan tiga aspek tersebut. Dalam satu kepala, memang ada tiga pikiran :
rasional, emosional-intuitf, dan spiritual (Pasiak, 2002: 25). Ketiga aspek inilah yang harus bahkan benar-benar dikembangkan dalam
menciptakan manusia yang berkualitas tidak hanya dilihat dari kecerdasan secara
akademik, melainkan secara sosialis dan juga kecerdasan dalam memaknai
kehidupan (spiritualis).
Secara
singkat IQ merupakan kecerdasan dalam berpikir, menganalisis, yang berhubungan
dengan nilai (value). EQ merupakan
kecerdasan dalam memahami perasaan, baik diri sendiri ataupun orang lain. Ini
bisa dikaitkan bagaimana cara kita beradaptasi terhadap lingkungan, dan proses
sosial yang dihadapi. Sedangkan SQ cenderung mengarah ke bermaknaan hidup,
melihat sesuatu bukan karena nilai saat ini melainkan apa yang akan didapatnya
nanti oleh sang pencipta. Lalu bagaimana cara mensinergikan ketiganya ? Di
sinilah peranan guru sebagai pengajar yang memiliki kesempatan besar dalam
membentuk pola pikir terhadap siswa-siswinya.
Bisa
kita tinjau satu persatu bagaimana seharusnya IQ, ES, dan SQ ini bisa
diterapkan dalam dunia pendidikan Indonesia. Yang pertama IQ, bisa disebut
sebagai kecerdasan intelektual. Kita ketahui bersama, IQ ini menjadi penilaian
dasar utama di Indonesia, sebagai penerapan dalam peningkatan IQ bisa dilakukan
dengan pembelajaran teori dan praktek. Karena kenapa, pikiran akan lebih cepat
menangkap saat lansung berhadapan dengan suatu masalah, memahami proses, dan
ini membuat para siswa bisa membuat hipotesa, berasumsi, menganalisis, sehingga
merangsang kinerja otak.
Kedua,
EQ, berhungan dengan perasaan. Bagaimana caranya EQ ini bisa diterapkan pada
Pendidikan ? Ini berhubungan dengan intensitas pertemuan antar manusia dan
kepedulian atau empati. Bisa saja guru memberikan suatu tugas kelompok yang akan membuat pertemuan setiap siswa
akan intens, sehingga terjalin komunikasi, saling bertukar pikiran, pemahaman
terhadap status sosila setiap temannya. Mungkin dari pihak
sekolah membuat program bagi siswa-siswi untuk terjun lansung berhadapan ke
masyarakat atau mencoba memahami kehidupan masyarakat yang kurang mampu. Bisa juga setiap sekolah membuat suatu kegiatan sosial seperti memberikan bantuan kepada fakir miskin,
penggalangan dana bagi korban bencana, dan lain-lain, yang pada intinya
membentuk sikap dan pola pikir siswa terhadap lingkungan sosial.
Ketiga
SQ, kecerdasan spiritual. Dalam aspek pendidikan perlunya diberlakukan jam
pelajaran pendidikan agama yang cukup banyak, guna menambah pengetahuan secara
agama, meningkatkan keimanan , serta ketaqwaan para siswa. Pastinya kegiatan
kecil yang bisa dilakukan di sekolah-sekolah mewajibkan para siswa nya
menjalankan sholat berjama’ah di masjid sekolah. Untuk skala bersarnya bisa
saja pihak sekolah mengadakan seminar mengenai peningkatan kualitas spiritual
para siswanya. Guru di sini menjadi pemegang peranan terpenting dalam
pembentukan dan pengembangan kepribadian siswa-siswinya.
Jadi
pada dasarnya, jangan jadikan sekolah sebagai tempat untuk mencari ilmu
akademis saja, melainkan menjadi tempat pembentukan mental, empati, dan
spiritualis bagi para siswa atau bisa disebut
pendidikan karakter. Insya Allah jika ini diterapkan Pendidikan
Indonesia akan membaik.
Satu
lagi saya rekomendasi thread yang bisa jadi refensi ilmu tambahan bagaimana
seharusnya pendidikan sekolah menjadi tonggak utama dalam mebangun kepribadian,
moral, dan karakter siswa-siswa Indonesia. Pengakuan Ortu Tentang Sekolah Di Jepang
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
© Adam Tirta 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates
No comments :
Post a Comment