Tuesday, 27 May 2014
Ketika Nyawa Diujung Jari
Assalamualaikum,
pie kabare mas/mbak ? tumben pake bahasa daerah ya , kebetulan saya absen
beberapa hari ini untuk nulis, baru sempat malam ini pas selesai ngikutin acara
di surabaya. Nih saya ada cerita menarik yang bisa ambil pelajaran dari
pengalaman pribadi yang terjadi beberapa hari ini selama perjalan ke Surabaya.
Alhamdulillah,
Allahuakbar !! itulah kaliamah-kalimah yang terucap didalam bibir saya setelah
kejadian tempohari itu. Ini bermula ketika saya dan kawan-kawan akan pergi ke
Surabaya menggunakan pesawat, transit
dari Bengkulu-Jakarta Jakarta-Surabaya . Selama perjalanan Bengkulu-Jakarta
masih lancar-lancar aja, tapi biasalah kalo naik pesawat itu kebanyakan
delaynya, dan alhamdulillah dari delay itu ada keuntungannya juga,
barang-barang yg kelupaan bisa diambil lagi, akhirnya pesawat berangkat pukul
12.00 yang awalnya dijadwalkan jam 10.00 karena cuaca buruk, hehe .
Hal yang sama
terjadi saat tiba di Bandara Soekarno Hatta pesawat delay juga hingga akhirnya
saya dan teman-teman berangkat jam 16.30 dari jakarta ke surabaya. Permasalahanpun
masih terjadi di awal keberangkatan. Pesawat Stack selama lebih dari 30 menit,
sehingga suhu didalam pesawat menjadi panas, kondisi didalam sudah tidak
kondusif , dan ada salah satu dari teman saya hampir sesak nafas karena pengap
didalam pesawat. Akhirnya dengan kondisi seperti itu pesawat tetap dijalankan,
dan Alhamdulilllah kondisi didalam pesawat sudah menjadi lebih tenang karena
pendingin ruangan telah berfungsi lagi. Kejadian-kejadian ini tidak berhenti
sampai disitu, puncaknya terjadi ketika pesawat berada diudara dengan ketinggian beratus kilometer,
ketika masuk kedalam awan hitam terjadi turbolensi sehingga pesawat seperti
jatuh kebawah, ini terjadi sekitar 15 detik sehingga membuat panik seluruh
penumpang, termasuk juga saya. Lafadz Istighfar terus saya ucapkan, asmaallah,
tasbih tahmid dan tahlil. Setelah keadaan membaik saya tersadar bagaimana kalau
pesawat ini jatuh ? Apa surga telah
menanti saya disana ? atau malah neraka yang bahan bakarnya batu dan manusia ?
disaat itu juga saya tersadar oleh dosa-dosa yang menumpuk selama 21 tahun saya
hidup, saya bandingkan dengan amal kebaikan yang saya himpun serasa masih
sangat sedikit sekali. Hidup saya pada
saat itu seperti diujung jari, jika Allah mengizinkan pasti jatuhlah pesawat
itu, harapan untuk hidup hanya 0% karena dibawah itu semuanya daratan. Sejak
dari itu saya bertekat dari dalam diri ini untuk bisa beramal lebih banyak,
sholat tepat waktu, melakukan amalan-amalan sederhana seperti tersenyum karena
itu memiliki nilai pahala tetapi sangat disepelekan olah orang. Alhamdulillah
akhirnya pesawat mendarat di Bandara Juanda Surabaya dengan selamat ..
Alhamdulillah rezeki dari Allah
dilimpahkan oleh kami selama mengikuti perlombaan di Surabaya dalam acara Lomba
Cipta Elektroteknik di Institute Teknologi Surabaya ..
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
© Adam Tirta 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates
No comments :
Post a Comment